Jln. Pahlawan
Info
Lokasi
Jln. Kalisosok
Info
Penjara Kalisosok adalah bekas penjara yang terletak di kawasan utara Surabaya, Indonesia. Penjara ini dibangun pada masa pendudukan Belanda dan pernah digunakan menjadi tempat penahanan sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno dan Kiai Haji Mas Mansur. Tokoh yang terakhir bahkan wafat di penjara ini pada tahun 1946.
Lokasi
Jln. Rajawali no. 1-7, Surabaya
Info
Karena gedung tersebut mempunyai menara seperti bentuk rokok cerutu, maka orang disekitarnya menamai gedung tersebut sebagai gedung cerutu. Fungsi dari gedung ini dulunya adalah kantor dan sekaligus digunakan untuk gudang. Gedung tersebut dibangun tahun 1916 oleh: N.V. Maatschappij Tot Exploitatie van Het Technish Bureau Gebroeders Knaud.
Lokasi
Jl. Jayengrono
Info
Dengan nama Heeresentraat (sekarang berada disekitar jalan Rajawali dan Kembang Jepun) yang merupakan sentral bisnis bongkar muat. Diantara kedua jalan itu, sudah ada jembatan yang membentang diatas Kalimas. Dan jembatan itulah yang disebut Roode Brug atau Jembatan Merah. Di situlah mobil yang ditumpangi Brigjen Mallaby terdengar mengalami ledakan sekitar jam 20.30. Ia kemudian ditemukan tewas. Tewasnya Brigjen Mallaby itulah yang menjadi salah satu alasan bagi penggantinya sebagai panglima tentara Sekutu di Jawa Timur, Mayjen E.C. Mansergh, untuk mengeluarkan ultimatum pada tanggal 9 November 1945 agar pihak Indonesia di Surabaya meletakkan senjata selambat-lambatnya jam06.00 tanggal 10 November 1945.
Lokasi
Jln. Tunjungan, Surabaya
Info
Pada zaman dahulu, Jalan Tunjungan yang dulu disebut Petoendjoengan menjadi primadona bagi para tuan dan nyonya yang ingin bersantai sekaligus berbelanja. Istilah Petoendjoengan sudah disebut pada tahun 1797. Gubernur Jenderal Dirk Van Hogendorp memimpin sebuah parade drum band yang melewati Petoendjoengan. Atas instruksi Gubernur F.J. Rothenbuhler pada era 1800-an, Jalan Tunjungan diperluas. Dulu di Jalan Tunjungan terdapat trem uap yang diganti trem listrik pada tahun 1920an. Sekarang sudah ada bis kota.
Lokasi
Jalan Gubernur Suryo 15
Info
GEDUNG BALAI PEMUDA, ini dahulu bernama SIMPANGSCHE SOCIETE IT yang dipakai klub oleh orang kulit putih untuk berdansa sedangkan bagi orang pribumi dilarang masuk. Pada bulan November 1945 Gedung ini dijadikan Markas Besar PRI (Pemuda Republik Indonesia) Pusat. Organisasi pemuda ini sering bertindak ekstrim, dan banyak orang Indonesia atau Belanda dituduh mata-mata diinterogasi oleh Bagian Penyelidik PRI di gedung ini.
Berikut ini adalah sejarah singkat bangunan tersebut yang disusun oleh Dinas Pariwisata Kota Surabaya:
1907 – 1945 (De Simpangsche Societeit)Milik suatu perkumpulan orang-orang Belanda bernama “De Simpangsche Societeit”. Pusattempat rekreasi orang-orang Belanda untuk pesta ria, dansa, juga sebagai tempat bowling, dsb.
1945 (De Simpangsche Societeit)Gedung ini kemudian dikuasai oleh Arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam PemudaRepublik Indonesia (PRI),sekaligus merupakan MARKAS PEMUDA arek-arek Suroboyo. Dengan perlawanan yang sengit dari tentara Belanda, maka arek-arek Suroboyo mundur danakhirnya gedung ini dikuasai oleh tentara Belanda.
1950 (De Simpangsche Societeit)Pada saat Indonesia sudah merdeka, arek-arek Suroboyo masuk ke kota dan Gedung inidikuasai oleh Penguasa Militer Propinsi Jawa Timur dan sebagai pelaksana Penguasa Militeradalah KMKB Surabaya.
1957 (De Simpangsche Societeit)Dalam rangka pembebasan Irian Barat, Gedung dan seluruh inventarisnya oleh Penguasa MiliterPropinsi Jawa Timur di serah terimakan kepada Ketua Dewan Pemerintah Daerah Kota PrajaBertindak sebagai Penguasa Militer Daerah Propinsi Jawa Timur adalah PanglimaTentara Teritorium V/Brawijaya selaku Penguasa Militer atas Daerah Propinsi Surabaya. Jawa Timur no: KKM. 1223 / 12 / 1957 tanggal 10 Desember 1957.
1957 (De Simpangsche Societeit)Pada tanggal 12 Desember 1957 di serah terimakan, selaku Komandan KKMB Surabaya BapakLetkol. SOERIJOTO NRP: 13683 kepada Bapak R. ISTIDJAB Ketua Dewan Pemerintah DaerahKota Praja Surabaya.
1957 (Balai Pertemuan Umum/Balai Pemuda)Pemerintah Daerah akan mengusahakan EKSPLOITASI nya sebagai Balai Pertemuan Umumdengan nama BALAI PEMUDA. Sesuai dengan fungsinya sebagai pertemuan umum, BalaiPemuda digunakan untuk kegiatan-kegiatan pertemuan, pesta, rapat,dsb kepada pihak yang ingin menggunakannya.
1965 (Balai Pemuda)Tak kalah pentingnya, BALAI PEMUDA juga menampung kegiatan para pemuda jugadipergunakan sebagai sekretariat sekaligus markas FRONT PEMUDA. Pada awal Orde Baru dipergunakan sebagai markas KAMI dan KAPPI dalam menumpas G30S/ PKI.
1971 – 1972 (Balai Pemuda)Gedung sebelah timur mengalami kerusakan. Oleh Walikotamadya Surabaya R.SOEKOTJOdiambillah kebijakan untuk merubah gedung ini dan selesai awal tahun 1972 terwujudlah gedungBALAI PEMUDA MITRA.
1974 (Balai Pemuda)Dipergunakan sebagai sekretariat Federasi Pemuda Indonesia dan KNPI dengan segalaKegiatannya.
1979-1980 (Balai Pemuda)Diadakan pemugaran gedung sebelah barat dan selesai tahun 1980, tidak terjadi perubahanbentuk gedung sehingga nilai sejarahnya masih terlihat seperti aslinya.
1980 (Balai Pemuda)Gedung yang terletak strategis di jantung kota ini berdiri dengan megah yang didalamnya adariwayat sejarah arek-arek Suroboyo. Berkiprahnya para pemuda yang menggunakan gedung iniuntuk kegiatan-kegiatan sosial. Juga digunakan sebagai pusat kegiatan apresiasi seni dan budayaseniman/seniwati Surabaya.
1980 - sekarang (Balai Pemuda/DKS & PPKS/BMS)Disebelah utara diberikan tempat untuk Dewan Kesenian Surabaya oleh Walikotamadya. Sebagai Pusat Pagelaran Kesenian Surabaya (PPKS). Termasuk pusatpembinaanseniman/seniwati muda yang tergabung dalam Bengkel Muda Surabaya (BMS) danAkademiSeni rupa Surabaya (AKSERA). Karena Balai Pemuda merupakan salah satu Dinaspenghasilmaka kegiatan pokok dari gedung balai pemuda adalah dengan cara menyewakangedungkepada masayarakat dengan berbagai tujuan, antara lain untuk : Resepsi Pernikahan, Seminar, Pameran, Audisi Seni, Pagelaran Musik dll.
Tanjung Perak
Info
Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) merupakan suatu bukti hasil karya besar dan sangat mengagumkan karya anak bangsa. Suatu pewarisan nilai sejarah yang tinggi, sebagai cerminan kebesaran bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari. Makna lain dari sosok patung ini adalah sebagai simbol kesiapan menerima tongkat estapet pengabdian dari generasi ke generasi berikutnya.
Monumen ini berbentuk patung setinggi 30,6 meter yang ditopang oleh Gedung setinggi 30 meter. Patung ini menggambarkan seorang Perwira TNI Angkatan Laut lengkap dengan pedang kehormatannya berdiri tegak menatap ke arah laut dengan penuh keyakinan dan kesungguhan siap menerjang ombak dan menempuh badai menuju arah yang telah ditunjukkan yaitu cita-cita bangsa Indonesia.
Monumen yang dibangun atas inisiatif Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu, Laksamana TNI Muhamad Arifin dan dirancang oleh Nyoman Nuarta tersebut dapat berfungsi pula sebagai menara Lampu Pemandu (Mercu Suar) bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitarnya. Persis dibawah monumen terdapat gong raksasa Kyai Tentrem, bergaris tengah 6 meter dan berat lebih dari 2 ton.
Monumen Jalesveva Jayamahe diambil dari semboyan TNI AL yang berarti “di laut kita jaya” tingginya 60 meter. Bangunan itu terdiri dari gedung beton bundar empat lantai 30 meter yang dijadikan tumpuan patung tembaga setinggi 30 meter. Pada bagian dinding gedung ini dibuat diorama sejarah kepahlawanan pejuang-pejuang bahari (TNI AL) sejak jaman prarevolusi phisik sampai tahun 90-an.
Sedangkan gedung penopangnya berfungsi sebagai Museum TNI AL dan sekaligus juga sebagai Eksekutif Meeting Room. Patung itu menggambarkan seorang Kolonel TNI Angkatan Laut dengan pakaian dinas upacara (PDU 1). Tangan kanannya berkacak pinggang dan tangan kirinya memegang pedang komando. Mata sang kolonel menatap ke laut luas. Pada lantai dasar bangunan bundar itu gong Kyai Tentrem dipajang.
Menurut Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Arief Kushariadi, perwira yang dipatungkan sengaja diberi pangkat Kolonel. “Karena kolonel merupakan jenjang seorang perwira memasuki tahap matang dan siap memasuki jabatan teras,” katanya. Mengapa memandang ke laut ? ” Karena masa depan kita ada di lautan,” katanya lagi. Pihak Angkatan Laut, kata Arief, berharap pula agar monumen ini akan menjadi andalan wisata pantai di Surabaya.
Monumen ini dibangun sejak 1990 dan diresmikan pada bulan Desember 1996 yaitu bertepatan dengan hari Armada RI tanggal 5 Desember 1996 oleh Presiden Soeharto, dengan biaya Rp 27 milyar. Patung itu disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty, 85 meter, yang berada di mulut pelabuhan New York. Sang kolonel itu berangka baja dan berkulit tembaga. Perancangnya, Nyoman Nuarta, pematung kondang dari Bandung yang juga menggarap patung tembaga Garuda Wishnu Kencana di Jimbaran, Bali. Oleh Nyoman tubuh patung itu dicetak di bengkelnya di Bandung dalam bentuk potongan-potongan modul. Setelah komplet, baru kemudian dibawa ke Surabaya dan disambung-sambung. Untuk membuat patung itu, Nyoman Nuarta mendapat pasokan 3.000 ton tembaga dari PLN, 60 ton dari Telkom, dan sejumlah tembaga bekas selongsong peluru.
Latar belakang dibangunnya Monjaya adalah adanya gagasan, bahwa bagaimanapun majunya suatu Bangsa hendaknya harus tetap berpijak pada sejarah. Artinya, Bangsa yang besar adalah Bangsa yang bisa menghargai jasa Pahlawannya. Dari sekian banyak Pahlawan dan sesepuh yang telah berjasa dalam merintis, menegakkan dan mengisi kemerdekaan bangsa dan NKRI, termasuk didalamnya para pahlawan dari TNI Angkatan Laut. Tak terbilang pengorbanan yang telah mereka sumbangkan. Bahkan jiwapun mereka berikan. Hanya sebagian kecil dari mereka yang kita kenal dan namanya telah diabadikan menjadi nama-nama Kapal Perang Republik Indonesia.
Selain sebagai tanda penghargaan dan kenang-kenangan dari generasi penerus yang masih hidup, juga diharapkan dapat memberi dorongan untuk meneruskan perjuangan mereka menuju tercapainya cita-cita Angkatan Laut yang Besar, Kuat dan Profesional dalam wadah NKRI yang adil dan makmur.
Tanpa mengecilkan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di Sibolga, Tegal, Pasuruan, Bali atau dimanapun di tanah air Indonesia ini sejarah Ujung sebagai bagian wilayah kota Pahlawan Surabaya memang tak bisa dipisahkan dari sejarah TNI AL, yaitu terjadinya peristiwa perebutan Kaigun SE 21/24 Butai pada 3 Oktober 1945, yang ditandai dengan sumpah oleh para Bahariawan Penataran Angkatan Laut (PAL) yaitu Saya rela dan ikhlas mengorbankan harta benda maupun Jiwa raga untuk Nusa dan Bangsa.
Dalam pagelaran peristiwa sejarah TNI AL berikutnya, Ujung berperan sangat penting, yaitu merupakan pangkalan (Home Base) kapal-kapal perang TNI AL terbesar sampai sekarang, sehingga tidaklah terlalu mengada-ada bila sebagian masyarakat menamakan kota Surabaya sebagai kota pelaut atau kota Angkatan Laut.
Karena itu layaklah bilamana Monumen Jalesveva Jayamahe dibangun di Ujung Surabaya. Selain itu, diharapkan pula pendirian monumen ini dapat menambah semaraknya Ujung Surabaya yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya sebagai kota Pahlawan dan Indarmadi (lndustri, Perdagangan, Maritim dan Pendidikan).
Lokasi
Jln. Tunjungan no.65 Surabaya 60275, Surabaya
Info
Hotel Majapahit adalah hotel besar yang paling lama di Indonesia. Didirikan oleh pedagang Lucas Martin Sarkies dari Armenia. Hotel ini direncanakan oleh arsitek inggris James Afprey dalam arsitektur Art Nouveau mulai dibangun pada tahun 1910. Hotel dibuka pada tahun 1911 dengan nama “Hotel Oranje”. Pada tahun 1931 di depan pintu masuk lama sebagian ruang masuk yang baru dibangun dalam gaya Art Deco oleh arsitek Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker (1882-1949). Dengan tambahan ini, hotelnya menjadi salah satu hotel paling indah dan keren di dunia.Pada masa pendudukan jepang hotel ganti nama menjadi Yamato Hoteru dan berfungsi sebagai penjara. Pada tanggal 19 september 1945 disini terjadi “Insiden Bendera”. Ekstremis kolonial belanda menaikkan bendera merah-putih-biru di menara hotel ini. Milis nasionalis Indonesia menaiki menara nya dan menyobek bagian biru dari bendera Belanda yang berubah menjadi bendera Indonesia.Nama Hotel Oranje digunakan sampai tahun 1950an. Waktu itu hotelnya dinasionalisasikan dan nama diganti menjadi Hotel Majapahit. Disebabkan manajemen jelek hotel ini pelan-pelan menjadi akomodasi bekas-bekas. Tahun 1996 grup mandarin Oriental membeli gedungnya dan mulai restorasi intensif. Hotelnya mendapat kembali keadaan lama dan menjadi hotel yang mewah di Surabaya lagi dengan bintang 5.Pada tanggal 19 september 1945 di Hotel Oranje yang sekarang telah menjadi Hotel Majapahit terjadi “Insiden Bendera”. Ekstremis kolonial Belanda menaikkan bendera merah-putih-biru di menara hotel ini. Pemuda-pemuda Surabaya menaiki menaranya dan menyobek bagian biru dari bendera Belanda yang berubah menjadi merah putih bendera Indonesia. Begitulah kisahnya dan ternyata masih dapat melihat hotel ini sebagai saksi sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo. Bentuk fisik dari hotel yang dulu sempat juga dinamakan Yamato Hoteru pada jaman Jepun itu masih dipertahankan keasliannya.